Move On to Environment.
Namaku asyad, aku ketua OSIS SMA 5 di kotaku. Aku sedikit tidak peduli akan lingkungan, bagiku lingkunga adalah tempat publik
yang diperhatikan oleh orang dipilih saja. Aku sibuk dengan kegiatanku pergi touring
bersama teman - teman komunitas motorku. tak ada kegiatan lain selain berkeliling
kota dan menghabiskan waktu bersama mereka.
Kamis, tepatmya sehabis rapat OSIS di
sekolahku. aku melihat Eka, Ia adalah ketua seksi kebersihan lingkungan. Aku
melihatnya duduk di atap sekolah, karna heran Akupun mendekatinya. terkejut, Aku melihatmya menetaskan air mata dengan tangisan sedikit terisak
"lo.. Eka kamu kenapa??" Tanyaku
saembari berdiri disampingnya.
Ia menghapus air mata dengan punggung
telapak tanganya. dan sedikit
membetulkan jilbab.
Aku kira, Aku saja yang sesekali kesini
untuk bermenung. Ternyata ada Eka yang juga senang kesini.
"Asyad, mengapa kamu kesini...?" Tanyanya kesal.
"Ih aku juga sering ke sisni. ya buat
melihat - lihat keadaan sekitar. Disini lantai empat, keadaanya cukup panas.
tapi tergantikan dengan keindahan sekeliling." aku tersenyum dan juga banyak
omong.
"Eh, kamu nangis??" Ku timpal dengan
pertanyaan.
"Ah enggak kok." Eka tertunduk
sejenak. Kemudian ia menegadah memperhatikan langit.
Aku juga ikut menegadah dan memperhatikan
langit sepertinya.
Kemudian Eka mulai bicara. "Aku nangis
karena teman - teman ngak mau ikut aku gladiresik sampah di lingkungan luar
sekolah Syad."
aku heran. "Loh emangnya
kenapa??"
"Ih kamu kok ngak tau sih. bumi kita
udah tua Asyad. Sampah bertebaran dimana - mana. Selokan udah pada banyak
tersumbat. Aku sedih kenapa kita tidak memperhatikan hal itu."
Mendengar perkataan Eka, Aku terdiam. Aku
terbisukan karena citra pemikiran Eka. Aku merasa bodoh dan tak mengerti akan lingkunganku. Perkataan Eka telah menamparku, menjatuhkan tubuhku dari lantai empat ini
ke lapangan sepak bola di depan kami.
Aku terdiam kemudian terbesit sebuah ide
olehku. "Bolehkah Aku membantumu?"
Eka tersenyum sangat lebar, sembari memegang
pundak kananku. Eka yang lebih tinggi dariku sedikiy menakur. "asyad!! kamu
serius?!?!"
Pupil matanya membesar.
Keesokan harinya Aku membawa Eka berkumpul
bersama komunitas motorku. Kubiarkan Eka menceritakan program kerjanya di depan
semua anggota komunitasku yang hampir berjumlah 40 orang.
Tak kusangka semua teman komunitas
menerima program kerja "Peduli Lingkungan" Eka. Eka kemudian bertanya. "Jadi
kapan kita mulai teman - trman?"
Sekarang saja...!!! Sahut salah seorang
diantara kerumunan yang duduk lesehan di separuh jalan aspal yang sepi.
Tak lama kemudian kami disibukan dengan
kegiatan memilih sampah disekitar tempat nongkrong kami. Dan lihat apa yang
kami dapat. Setiap dua orang dengan kantong kresek penuh dengan sampah plastik
dan botol. Kamipun senang melihat keadaan yang bersih. Eka bangga dengan keseriusan kami.
Kegiatan Aku, Eka dan teman trman komunitas berlanjut
dengan tempat nongkrong kami yang lain. Hingga kami punya manajemen kegiatanpun sebagai kegiatan rutin. Dan juga kami melakukan penyuluhan dengan poster untuk masyarakat sekitar.
Kegiatan kami disorot oleh media kota dan sekolah -
sekolah sekitar.
Sekarang Aku sadar betapa asyiknya hidup
dengan lingkungan bersih. Aku dan teman - reman komunitas berterima kasih
kepada Eka, yang telah memberikan kami arti peduli lingkungan.
Dua bulan setelah kejadian ia menangis
di atap. Kini rapat program rencana kerja diadakan kembali. Aku yang menjabat sebagai
ketua OSIS memerima banyak program kerja baru. Salah satunya, Eka mau mengadkan
gladiresik kembali. Ternyata semua anggotanya telah bersedia membantu.
Sungguh perjuangan yang baik. Eka telah berhasil
mewujudkan keinginanya yang sungguh tak terpikirkan olehku.
tulisan ini dalam rangka event #30DaysSaveEarth yang di
selenggarakan oleh @jungjawa dan @unidzalika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar