Hai Kamu yang disana. Sudah lebih seminggu disana, dikota
dengan nilai pendidikan masyaraktnya terbaik. Aku merindukanmu. Tapi adakah yang lain juga
seperti diriku. Adakah Kamu juga sama sepertiku. Apakah Aku orang yang harus
begitu. Foto-foto yang Kamu share di sana begitu indah, dengan latar pemandangan
yang belum pernah aku lihat. Seperti mimpi para pelancong untuk berpose
didepanya. Kamu terlihat cantik, mungkin karena efek pemandanganya. Tapi Aku
tidak yakin begitu. Aku selalu mencari beberapa bintik merah di sana, jerawat.
Ya, jerawat. Aku tak melihat itu lagi. Mungkin cuaca disana
cocok dengan kulitmu. Atau mungkin Kamu lebih suka mengeditnya dahulu sebelum
di share. Atau mungkin kamu telah menjadi seorang wanita dewasa tanpa jerawat.
Hey, disini juga ada beberapa fotomu yang Aku jepret dahulu. Bintiknya terlihat
jelas. Kamu terus berteriak untuk menghapus jerawat tersebut kepadaku, Aku
selalu menahan untuk menghilangkanya, seperti biasa kamu selalu menang. Aku
selalu suka dengan jerawat itu, menandakan bahwa kita hidup. Mungkin itu hanya
alasanku, atau mungkin aku cemburu.
Mungkin jerawat itu menolongku menjauhkanmu dari beberapa
pesaingku. Walupun ada dua sampai tiga jerawatpun manismu tak pernah
terelakkan. Atau mungkin mataku buram melihat sesuatu yang bgitu. Aku salah
seorang dekat denganmu, sikap dan sifatmu menjadiknya nilai yang tak terkira
bagiku. Begitu klise Aku membandingkannya dengan jerawatmu. Akupun tak pernah
lupa bintik merah itu.
Dipuncak hidungmu, dan di dagumu. Disanalah jerawat itu
selalu muncul beberapa saat. Kita bahkan pernah punya jerawat di tempat dan waktu
yang sama, tepatnya didagu. Sedikit aneh jika Aku juga merindukan itu. Bagiku
siklus perkembangan adalah saat dimana dita harus melaluinya dan melewatinya.
Tapi mungkin dengan kecanggihan teknologi, dengan hanya mengusap-usap layar
teleponmu jerawat tersebut hilang tak tersisa. Mungkin juga banyak yang setuju
bahwa foto memang salah satu obat penawar rindu. Sosok potrait didalmnya, bisa
siapa saja, bisa dilihat tak terbatas waktu. Oleh karena itu Aku tak pernah
menyimpan fotomu lagi. Agar Aku selalu lupa bagaimana dirimu.
Tak peduli darimana jerawat itu datang.
Untuk yang tak peduli darimana rindu itu datang.
Dan yang tak peduli untuk peduli.
>edisi salah ngomong<
Tidak ada komentar:
Posting Komentar