My friend T
Dulu gue pernah cerita tentang teman masa kecil gue, dan gue
juga bilang kalo bakal nyeritain yang berikutnya. Yap, yang berikutnya adalah T,
panggil saja begitu. Anak tunggal dari sepasang pengusaha. Ayahnya adalah
seorang pengusaha jual beli mobil di ibu kota, dan ibunya adalah seorang
pengusaha di bidang fashion. Begitu cetia kedua orang tuanya, yang gue tau.
Sama seperti gue, yang orang tuanya bercerai saat dia masih kecil. Sejak saat
itu entah kenapa t tinggal bersama ibunya. Rumahnya tak jauh dari rumah gue,
sekitar seratus meteran.
Gw mengenal T sejak ia pindah kesekolah gue, SD. Dari anak
ini gue tau bagaimana sebuah komputer memainkan game yang asyik. Kami berteman
akrab, banyak yang kami lalui bersama. Mulai dari memanjak puncak mesjid hingga
kami bisa melihat seluruh kota Padang tanpa hambatan. Hingga kami beradu jotos
satu sama lainya.
T adalah anak tungga dari ibunya, tak heran kalo semua
keinginannya diikuti oleh sang ibu. Saat gue berhasil lolos di SMP negeri yang
kami inginkan, sayangnya T tidak lolos. Entah kenapa tak berselang waktu lama
bersekolah aku juga melihat T di sekolah yang sama. Mulai saat SMP gue dan T
jarang bercakap-cakap. Mungkin dikarenakan banyaknya kelas dan menemukan
teman-teman baru. Benar saja T sering kulihat bersama-sama dengan anak-anak
dari kelas lainya. Sedangkan gue kebanyakan berteman dengan anak-anak nakal dan
sering duduk di kedai luar sekolah. walauppun begitu nakalnya mereka, sekarang
kulihat banyak yang berhasil.
Putus komunikasi, begitulah gw dan T saat kami sudah
beranjak ke kelas dua SMP, kelas kamipun tak pernah sama. Hingga gw lulus, dan
bersekolah di SMK negeri kamipun tak pernah bertemu lagi. Saat itu gue dengar T
memilih sekolah swasta ternama dimana banyak alumni SMP kami bersekolah disana.
Dulu kami sering bercerita dan bertukar mimpi masa depan,
melalang buana kemanapun kami mau. Gue masih ingat kejadian sebelum kelulusan
SD dahulu. Ketika kerenggangan itu berawal. Namanya saja bocah komplek-an,
banyak yang sebaya dengan gue pada waktu itu. Dan kami lebih sering bermain
diluar rumah dari pada di depan komputer ataupun Smartphone, ya, karena dua
benda tersebut belum terlalu menjamur dan teknologinyapun masih jauh tertinggal. Gue ingat ketika itu semuanya
sedang bermain semba lakon, salah satu permainan yang cukup populer di daerah
gue. Dimana semua anak yang bermain di bagi menjadi dua kelompok dan salah satu
kelompok mengejar kelompok lainya hingga terkumpul. Entah kenapa waktu itu gue
dan T cekcok hal (yang ternyata gue lupa), biasanya T selalu sekelompok
denganku. Ternyata pertikaian membuatnya brutal dan menerjang gue. Dimalam itu
juga gue-pun beradu jotos. Untung tiada yang terluka.
Ternyata kejadian itu di ketahui oleh taci (begitu gue
menyapa ibunya T). Anak semata wayangnya berkelahi dengan temain baiknya. Setelah
kejadian itu gue jarang keluar rumah dan
T-pun juga begitu. Dan Masih ingat dengan Arp?, ya Arp berada saat
kejadian itu. Ia sempat melerai,
kelakuan kekana-kanakan itu tetap berjadi.
Sekarang T tak pernah lagi gue lihat, walaupun sepulang
kuliah pasti melalui depan rumahnya. Yang ada hanya ibunya. Dulu gue pernah
mendengar dari T saat masih SMA bahwa ia akan bersama ayahnya. Mungkin saja T
telah bersama ayahnya saat ini.
Begitu banyak kejadian bersama T saat masih bocah-bocah
dahulu. Memori masa kecil yang tak pernah terlupakan, malu dan geli bercampur
ketika mengenang masa-masa itu. Setiap orang punya jalan ceritanya sendiri. Dan
sekarang gue mempunyai kawan-kawan yang telah gue anggap saudara sendiri. Simpah
dan kenanglah masa lalumu walaupun bagus ataupun jelek, tapi jangan menetap
didalamnya.
apa? seluruh kota padang? berarti lihat rumah aku juga donk..
BalasHapushah yang bener nisa?? X..x
Hapusyep betul.... kami manjat jeruji mesjidnya dulu diem2an (bocah)....
tapi dulu belum banyak gedung/rumah berlantai 2 lebih.
jati 4/6 mungkin?
oooo.. rumahnya di jati? dekat RS M.JAMIL kah?
BalasHapus