Pada malam itu aku berjalan, meiringi ketidak pastian
hidupku yang mungkin akan berakhir. Saat itu udara dingin mulai menerkamku, cahaya
perlahan redup seakan pergi jauh meninggalkan aku. Aku terhanyut dalam irama
gemercak air hujan yang juga ikut mengiringi perjalananku. Sepoi sepoi ku
sentuh udara yang menerpaku. Akankah aku dapat bebas seperti arah angin yang
selalu bebas melalang buana. Saat kakiku mulai tak sanggup berjalan, ketika
pandangan ini rebah bak ombak di pantai. Seperti reruntuhan, tubuh ini
terhentak ke tanah.
Seketika aku terbangun dalam sebuah kamar tidur. Dengan
cahaya terang keluar dari sebuah jendela yang amat besar, saking besarnya
sebuah dinding termakan olehnya. Dalam kesunyian itu aku tidak takut karena
cahaya ini seakan – akan ada untuk menjagaku. Kemudian aku melihat sebuah pintu
putih, sama seperti warna dinding kamar itu. Perlahan aku membuka pintu yang
berada tepat di depan jendela yang besar tersebut. Saat aku mulai membuka pintu
itu lebar – lebar, aku melihat sekelompok manusia tersenyum kepadaku sambil
membawa sebuah kue bulat yang besar.
Makin lama aku perhatikan senyum mereka makin lebar.
Haruskah aku terkaget akan hal ini, aku bertanya kepadaku sendiri. Saat yang
bersamaan mereka mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Kemudian gerombolan
orang – orang yang berjumlah kira – kira 15 orang tadi datang menyerangku.
Mereka melilit badanku dengan dekapan hangat dan pelukan mesra. Seketika air
mataku menetes tak karuan.
Setelah mereka menyerangku dengan tiba tiba aku kemudian
dikelilingi oleh mereka, ada yang memotong kue, ada yang hanya tersenyum, dan
ada juga yang berteriak tak jelas. Tak lama setelah kue yang di potong oleh
seorang gadis yang rasanya aku kenal, dengan brutal ia menyuapiku dengan
sebilah senduk kemulutku. Lalu tanpa aku bisa menghentikanya ia menampar pipiku
dengan bibirnya, dengan iringan sura cemburu di belakang.
Kamipun berdoa, aku yang duduk di atas tempat tidur juga
ikut berdoa. Dalam hati aku belum pantas berdoa untuk sebuah kebaikan. Sejenak
aku berpikir, aku baru sadar bahwa ini adalah kamar di sebuah rumah sakit, dan
orang – orang ini adalah teman – temanku. Diantara mereka terselip seorang
gadis, yang telah mengisi hatiku. Ternyata mereka memang memberikan sebuah
perhatian yang baik untuk sahabat mereka, tak sepertiku yang mengutuk diriku
sendiri atas takdir yang kuterima. Sekarang aku tertawa dalam hati bagai durian
runtuh yang kurasakan. Aku lalu berdiri diatas tempat tidur, lalu melompat
menuju kawanan teman yang berda di depanku. Kau pasti tidak sanggup melihat
muka mereka. Dan akhirnya.. eh tunggu dulu... apakah tadi aku sudah meniup
lilin ulang tahunku..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar