Sebenarnya cerpen ini tidak ada sambunganya. Dari beberapa
teman yang saya poling membacanya dari 3 orang saya mendapat peringatan keras
dari tata bahasanya. Bagi yang mengunjungi blog ini merasa terganggu saya mohon
maaf. Jika ada komentar mohon di berikan yah... J
thank.
Rio asta
Rio seorang anak dekil. Bicara seperti anjing menggonggong,
tatapan seperti sebilah angin yang siap mencabut nyawamu kapanpun ia mau. Rio
bocah bajingan memukul para preman kampung yang telah menendang seekor anak
kucing beramai – ramai. Rio bocah keparat yang mencuri uang ayahnya untuk di
berikan kepada bapak sahabatnya ketika ia masuk rumah sakit karena di keroyok
preman atau apalah itu, ketika seorang ibuk – ibuk tak tau diri meneriaki
sahabatnya seorang pencopet. Padahal sahabatnya itu cuman mengambilkan dompet
ibuk tadi yang tercecer. Sahabtnya bernama asta.
Berdua mereka mencari arti hidup yang telah bergelimang
dengan racun dan kecongkakan. Asta bukan anak yang baik dimata mereka para
bajingan. Mereka selalu usil terhadapnya karena kaki kirinya cacat sejak lahir.
Dia asta memang tidak mahir bermain bola tapi ia mahir menyelamatkan bola yang
keluar dari lapangan. Seperti anjing ia mengejar bola itu dan melemparnya
kembali kepada anak seusianya yang tengah bermain. Bukan terima kasih yang ia
dapat, malah cemoohan yang membuatnya tertawa geli hingga sakit perut.
Rio Asta. Begitu mereka memanggilnya. Rio dan asta adalah
sahabat yang di temukan oleh 2 sifat yang berbeda dan kehidupan gila yang sama.
Mereka saling mengisi satu sama lain. 15 tahun berlalu, sekarang mereka telah
hidup dalam uang haram yang mereka gali sebagai kuburan mereka. Sejak mencari
aduan hidup dikota besar 10 tahun yang lalu, mereka makin brutal dan telah
meniggalkan masa kecil mereka yang terjadi karena ketidak konsistenan orang tua
dan lingkungan.
Dikota ini mereka membangun sebuah tempat hiburan malam dan
membangun pasar barang haram terselubung. Asta lah yang merencanakan semua itu
hingga mereka meraup untung yang sangat besar untuk cukup lebih berkecukupan.
Dan Rio sebagai pemulus jalanya Rio si tukang bogem. Tak peernah takut akan
hukum dan geng keparat lainya. Mereka berdua menjadi – jadi hingga tak ada yang
mereka takuti. Mereka hidup dalam bayang – bayang kenangan masa lalu yang
menindas mereka untuk tetap mencari kekuasaan.
Sekarang tangan mereka kotor akan parjudian, dan pemasokan
barang haram. Hingga suatu hari rio yang menemukan arti hidup yang baik. Arti
yang hanya dia seorang yang bisa mencari jawabanya. Arti dimana ada kerinduan
dan kedamaian. Namun sang sahabat menanyakan dimana kesetiaan sahabatnya itu
ketika rio si tukang bogem memilih jalanya sendiri. Asta murka begitu juga
dengan rio yang menganggap asta sudah terlalu jauh.
Kini tinggal seorang asta disini tanpa seorang sahabat. ia
dibayangi oleh mata – mata merah geng lainya. Di saat rio pergi entah kemana.
Sekarang apa yang asta akan lakukan ? tanya ibumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar