Mencinta atau Dicintai.
Kadang terasa benar ia
mengingkanmu dekat, dan selalu ada didekatmu untukmu dan disampingmu. Saya
mencoba untuk tidak terlalu formal menulis tulisan ini. Hari yang baik, Ten
Days To Go. Saya akan merasakan betapa bertambah tuanya Saya. Sempat terlintas
siapa yang akan menemani Saya sampai akhir perjuangan ini. Tuhan tau kita kuat,
itu mengapa tuhan kirim kita untuk hidup, karna tuhan tau kita cukup kuat untuk
menjalani kehidupan ini. Begitu tulisan avatar facebook yang ia kenakan.
Bicara soal percintaan ataupun kenangan
tentang itu yang pernah Saya lewatkan terasa semuanya hanya terlewati,
walaupun, yah Kalianpun pasti mengerti ada cerita dan sesuatu dibalik itu
semua. Pada akhirnya terpikirkan siapa, siapa, dan siapa, yang benar-benar
hadir untuk itu. Selalu itu, legima pengganbungan dua kata jika di pisah “cin”
dan “ta”.
Menghabiskan cukup tenaga untuk
mencerna pertanyaan yang Saya buat sendiri. Dan halhasil Saya jatuh dan mencoba
untuk bangkit. dalam hati yang terdalam berkata "saya mencintaimu, dan ingin
menjadi pendampingmu". Tentu tidak semudah itu menarik kata yang cukup
berat jika mengetahui makna dari kata itu.
Lalu, Saya menemui seorang yang Saya
anggap telah menjadi abang, saudara laki-laki besar, walaupun tidak ada hubungan
darah sekalipun. Ia dekat dan sudah seperti keluarga bagi Saya. Tak lama
menceritakan keluh kesah, pria dengan tiga anak laki-laki yang paling kecil
berumur kira-kira dua tahun, menimpali
saya dengan sebuah pertanyaan.
"Kamu ingin mencintai, atau
ingin dicintai"
Coba kalian jawab sebelum
melanjutkan membaca.
Yap, Saya terdiam sejenak. Saya
tidak tau pasti apa yang sebebenarnya ada dalam pikiran, selain kacau hari ini
terlalu lelah untuk berpikir. Masalah besar bagi Saya sebetulnya, dan mungkin
ditulisan ini Saya mengilah atas lelah. Kemudian Saya menjawab dengan pelan. Ia
tertawa, dengan mata serius.
Pelan kemudian Ia menjelaskan.
"Jika Kamu ingin dicintai,
mulai hari ini tinggalkan Dia!!!"
Saya terdiam termenung dan
terperangah.
"Namun jika kamu ingin
mencintai Dia... perjuangkan, bertarunglah demi cintamu."
he is madness.
Saya tak bertanya mencoba diam,
menuggu apa yang akan ia katakan selanjutnya. Kemudian obrolan singkat kami
berlanjut.
Saat akan pulang, memakaikan helm
dikepala, dan kacamata dengan retak itu di antara mata, saya kembali mencoba
bertanya. “Kenapa.”
Perkarangan rumah, hanya kami
berdua. Seorang bocah dunggu dengan seorang pria yang menasehatinya.
“Apa gunanya jika hanya Dia yang
mencintaimu, dan Kamu tidak mencintainya. Itukah yang Kamu inginkan? Jika benar
ia mencintaimu, menjadi pendampingmu, belum tentu Kamu mencintainya.” Dengan
suara dipelankan. Saya mematikan motor. Mengernyitkan dahi. Membuka kembali
kaca mata retak itu.
“Namun, jika kamu ingin, selalu,
dan bertanggung jawab dengan cintamu, mencinitainya adalah pilihan yang tepat,
maka dengan mencintainya kamu akan hidup, kamu akan bergairah untuk menjalini
hari-hari bersamanya. Seorang wanita akan lebih indah jika dicintai bukan
mencintaimu.” Tuturnya dalam. Menonjok muka bocah tadi.
“Jadi pillihan yang kamu pilih
tersebut, akan mengacu kepada seberapa pria-kah Kamu. Seberapa mampukah kamu
mencintainya....?. Kamu tak perlu menyakiti wanita yang mencintaimu dikemudian
hari. Lupakan masa lalunya, golongan apa dia, keluarga siapa dia?? Jika kamu
mencintainya, perjuangkan. Sakitnya lebih akan sakit jika kamu menyakiti.”
Kerongkongan ini dingin sedingin
Mr.freez baru saja lewat di kerongkongan. Saya mengucapkan terima kasih banyak
atas nasehat darinya. Lalu saya berlalu. Dan tetap berpikir.
Jawaban akan pertanyaan yang
mungkin tidak tepat kepada saya sendiri, menemukan jawaban lain yang menbuat
saya kembali berpikir. A way.... ti re-think again.
Menurut saya tak masalah jika
sebuah pikiran hadir dan kita mencoba mencari jawabanya. Sekiranya itu bukan
sebuah latihan saya berharap keadaan membaik seiring baiknya, tulusnya
keinginan untuk bersamanya.
Bagaimana kabar pembaca? Semoga
selalu baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar