Ini adalah sepenggal cerita yang aku buat dari pengalaman
pribadi. Sebenarnya ini ditujukan untuk sebuah kompetisi bertemakan masakan
lokal pada saat itu. Dan karena sibuk kuliah dan tugas yang membludak, hingga
datangnya hari dead – line aku juga tak bisa menyelesaikanya.
Suatu hari sekitar jam 1 siang, waktu itu aku sedang duduk
melepas penat selepas dari pulang sekolah. aku duduk di sebuah banku kayu di
teras rumah, sambil melihat awan – awan yang melayang indah diatas langit.
Saat
itu aku tinggal bersama nenekku. Kerana jarak dan sekolahku tidak telalu jauh
jadilah aku menetap tinggal bersama nenekku. Neneku yang mempunyai 3 anak laki
– laki dan anaknya yang pertama adalah ayahku. Dahulu ada 2 orang pamanku juga
disini sekarang salah satu mereka telah berkeluarga dan yang satunya lagi
melanjutkan kuliahnya di luar negeri.. Aku masih duduk di bangku SMP kelas 2.
Setiap hari yang kujalani bersama nenek ku terasa menyenangkan, seperti pergi
berlibur saat musim liburan.
Aku anak pertama dari 3 bersaudara, 2 orang adikku laki –
laki dan perempuan. Mereka masih SD pada saat itu.
Tiba – tiba nenekku
memangil dari arah dapur. Aku segera bergegas menghadapnya. Nenekku ingin aku
memarut 3 buah kelapa yang telah ia belah menajadi 2. Kemudian aku bertanya,
“untuk apakah kelapa sebayak ini untuk di parut nek ?”. kemudian nenekku
berkata, “nenek akan membuat rendang, kamu bantu nenek ya ?” sambil tersenyum
ia membujukku.
Mendengar kata rendang, teringat olehku potongan daging
persegi. Dengan kuah kering yang berbentuk taburan coklat. Lidahku langsung
merasakan gurih, rasa pedas yangtidak terlalu, dan rekahan daging yang lembut.
Membuatku bersemangat untuk memban neneku.
Sembari aku memarut kelapa neneku mempersiapkan rempah dan
bumbu – bumbu rendangnya. Tak lupa ia menggiling cabe merah diatas batu giling.
Dengan senang hati aku memarut kepala tadi dengan semangat.
Setelah kelapa tadi selesai diparut, aku berdiri di sudut
dapur sembari menyaksikan neneku yang dengan cekatan mempersiapkan rempah dan
bumbu rendangnya. Aku juga melihat daging daging yang diletakkan di dalam ember
kecil yang sebelumnya sudah di potong dadu besarnya kira – kira 5 x 5 cm.
Setelah neneku menyipkan rempah dan bumbu rendangnya, kemudian ia meremas
kelapa yang sudah diparut tadi. Ada kejanggalan saat ia meremas kelapa itu, air
yang dimasukan ke dalam pinggan Cuma sedikit. Lalu aku bertanya, “kenapa nenek
tidak meremas kelapa tadi dengan air yang banyak sehingga banyak air perasanya
?”. lalu nenekku menjawab dengan datar ,“untuk membuat rendang kita tidak butuh
santan yang banyak, cukup dengan santan yang kental ”. kemudian aku bertanya
kembali, “lho kenapa harus begitu nek ?”. “agar rasanya gurih dan proses
rendanya sempurna” sahutnya.
Setelah neneku selesai meremas kelapa tadi. Lalu ia
menyiapkan semua rempah dan bumbu kedalam sebuah kuali yang berukuran tidak
terlalu besar. Kemudian neneku mengaduk rempah dan bumbu tadi bersamaan ia
menuangkan santan kental kedalam kuali. Santan yang bercampur rempah tadi
kelihatan berwarna orange kecoklatan.
Sembari menunggu neneku memasak rendang akupun beranjak ke
teras depan dan kembali duduk di bangku kayu tadi. Angin yang sepoi menerpa
dedaunan meneriaki irama yang penuh dengan distorsi. Aku ingat saat pertama
kali aku memakan rendang buatan neneku itu. Waktu itu aku, neneku dan 2 orang
paman ku masih tinggal serumah. Saat rendang pertama di letakkan di meja makan,
semua mata saat menyendok lauk yang lain menuju pada rendang. Akupun tak mau
kalah menyendok rendang itu terlebih dahulu. Aku tidak tahu masakan itu adalah
rendang, jadi aku suap saja kemulutku yang telah terbuka lebar.
Saat aku menyunyah daging rendang itu aku terhanyut dalam
kelembutan dagingnya yang empuk. Serta kuah yang setengah kering nan gurih,
mataku terpejam bibirku berirama dengan kunyahan yang penuh dengan sensasi
rasa. Tanpa sadar aku mengatakan, “masakan apa ini nek? Kok rasanya beda dari
masakan yang lain?”. Kedua pamanku tertawa, saat itu mereka masih dalam masa
kuliah. Salah satu pamanku berkata, “kamu tau tidak kalo masakan ini sangat
istimewa, apa lagi kalo yang membuatnya nenekmu..” ujar pamanku gembira. Aku
tersenyum, nenekku memotong, “ah kamu aldi,” katanya sinis. “ini namanya
rendang farel..” ujar nenekku
menerangkan. Lalu aku mengangguk dengan gaya sudah paham.
Itulah yang terlintas dalam pikiranku siang itu. Kemudian
aku berlari menuju dapur, karena aku ingin menyaksikan proses pembuatan masakan
yang lezat itu. Terlihat nenekku sedang mengaduk rendang yang masih seperti
gulai. Kemudian neneku bertanya, “farel, apakah kamu suka rendang ?”. aku
mengangguk sambil menarik bibirku. Saat itu aku heran bagaiman rendang itu bisa
kering dan gurih pada akhirnya. “kenapa masih ada kuahnya nek ?” tanyaku heran.
“kita butuh waktu sekitar 2 jam untuk menjadikanya kering.” Jawab nenekku
sambil tetap mengaduk dengan seksama.
Namun cerita ini pun tak pernah aku selesaikan sama sekali. have a nice day. ! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar