cerita singkat. dan sama sebelumnya, tidak bisa saya lanjutkan.
Seila. Dan henza berjalan melalui lorong kampus setelah
mereka menyelesaikan mata kuliah mereka siang itu. Enza memasang headshet
dengan alunan nada piano di telinganya. Tapi seila mengutak atik setiap angka
yang ia terjemahkan dalam bentuk komulatif algoritma.
“hei za...” panggil seila pelan. Yang berjalan mengiringi
langkah henza.
“za... kamu kok nga dengarin aku sich.” Pangilnya lagi
dengan nada agak di keraskan.
Henzapun tersadar dari lamunan nada – nada piano yang ia
dengarkan.
“ada apa semuuuutt....” jawab henza sambil memindahkan
headshetnya ke bagian bahu.
“aku capek bawain tas aku donk.” Pinta seila manja, biasanya
engak segitu juga.
“ihhh enak aj... bawa sendiri dong.” Sahutnya mencibir
kearah seila dan kembali memasang headshet nya ke telinga.
“ihhh.... kok gitu sih....”. kesal seila sembari mencubit
pinggang henza. Dan tangan satunya lagi mendekap buku2 tebal.
“eits,, eits... engak
kena.” Henda menghindari cubitan seila, ia melekukan badanya sesana kemari.
Dan henza pun berlari diiringi kejaran seila yang kesal.
Mereka adalah sepasang teman dekat yang baru empat semester
yang lalu bertemu. Tapi entah kenapa
mereka sangat akrab. We never know.
Tapi cerita diatas adalah kejadian beberapa bulan lalu.
Sekarang mereka udah ngak saling bicara lagi. Satus facebook yang bisanya
saling di-like-pun sekarang ngak ada. Ketika berselisihpun mereka engak juga
saling sapa. Aneh, ya emang aneh. Tapi kita kan ngak tau gimana mereka bisa
kayak begituan.
Siang itu seila dan henza sedang makan siang di tempat
kesukaan mereka. Tiba – tiba seseorang berbadan tegak dan agak lebih kekar dari
henza datang menghampiri seila. Laki – laki itu bernama gail. Seila pun
memperkenalkan henza dengan gail.
“eh, kenalan dulu....”.
“henza.” ”Gail.” mereka saling berjabatan tangan di depan
seila.
Henza yang kayak orang kelaparanpun melajutkan makanya.
Menyedot helai – perhelai mie goreng yang ia pesan sama dengan yang dipesan
seila. Tapi tiba – tiba gail duduk di sebelah seila. Henza tercengang untuk
beberapa saat dan kembali melanjutkan makanya.
“gimana ujian kamu lancar??” tanya gail kepada seila halus
dengan suara yang khas pria dewasa.
“ouh, ea donk... beres.” Jawab seila sembari melempar
senyuman kepada gail. Mereka berdua saling tersenyum.
Pesanan gail pun datang, yang sebelumnya sudah dipesankan
oleh seila. Yap, tentunya mie goreng. Dan mereka bertiga sekarang berada dalam
menu yang sama. Dan berbeda cerita yang mungkin mereka tutupi satu sama alinya.
Ataukah hanya henza yang memiliki cerita berbeda. We never know. Cerita ini
kejadian seminggu setelah cerita diawal tadi.
Henza memang cowok simple dan tidak terlalu memperhatikan
hal – hal sekitarnya. Sama dengan seila yang kebalikan dari semua sifat henza.
Dan artinya mereka berbeda.
Mereka, seila dan henza adalah mahasiswa yang cukup memiliki
reputasi akademis yang sangat baik. Tapi sayangnya hanya seila yang aktif dalam
beberapa kegiatan kampus.
Dan kemudian terjdilah sesuatu. Kira – kira lima hari
setelah pertemuan henza dengan Gail.
Siang itu hari mendung mengisaratkan perihal akan turunya
hujan. Sialnya setelah waktu kuliah habis, hujan pun turun dengan deras sekali.
Semua orang menunggu di berbagai tempat yang tak terjangkau
hujan utuk berteduh. Bermacam tingkah mereka menuggu hujan reda dan perasaan akan
rumah dan kosan yang nyaman sebagai landasanya.
Di sebuah sebuah sudut bangunan seila dan henza juga
menunggu hujan reda. Hanya merek berdua, menatap langit. Seperti memohon kepada
tuhan agar hujanya berhenti. Tetapi malah makin lebat. Seila dan henza tak
bergeming satu kata pun. Dari kejauhan seorang gadis melambaikan tanganya mengarah
kepada henza. Henza membalas lambaian tangan gadis itu dengan senyum yang
berbunga – bunga. Kini giliran seila yang tercengang beberapa saat. Hujan
membuat mereka dingin bersama sifat mereka. Tapi saat itu henza seperti
memancarkan kehangatanya sendiri.
Henza berlari meninggakan seila menerobos untaian air yang
turun dari langit. Sekarang seila benar2 tercengan tak biasanya sahabatnya
pergi tanpa berpamitan kepadanya. Dari kejauhan seila dapat melihat henza
menjemput gadis itu dan berjalan menerobos hujan kearah tempat hensa berasa
semula. Disebelah seila.
Sungguh romantis lanscape henza dan gadis itu. Dimana jaket
yang ia gunakan dikembangan diatas kepada sang gadis agar ia tak terlalu
diguyur hujan. Dan akhirnya sampai di tempat hensa semula, di sebelah seila.
Seila tetap berperilaku biasa jauh didalam hatinya we never know. Tak lama
kemudian henza memperkenalkan gadi itu dengan seila. Mereka saling melempar
senyum, hmm seperti.... terlihat palsu.. mungkin.
Dan mungkin kalian akan tau kelanjutanya. And. We never
know.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar